Kisahku kali ini
terjadi pada awal bulan Mei tahun ini. Saat itu aku mendapatkan gangguan pada
Handphone-ku, karena terjatuh ke dalam air ketika aku sedang menjalani
perawatan Spa. Sekretarisku di kantor menyarankan untuk menservisnya pada
tempat servis resminya. Karena HP-ku adalah merek tertentu, di mana tempat
servis resminya hanya ada 3 tempat di kota Kembang ini, maka aku membawanya ke
salah satu servis resminya yang terdapat pada salah satu pusat perbelanjaan di
daerah pusat kota Bandung.
Jumat sore itu
sepulang dari kantor, aku membawa mobilku meluncur ke arah pusat kota, lalu
setelah terjebak beberapa saat dalam kemacetan, akhirnya aku berhasil
mendapatkan tempat parkir di pusat perbelanjaan itu. Tak beberapa lama, aku
telah berhasil menemukan tempat servis HP itu. Aku segera masuk ke ruangan
ber-AC, dan langsung disambut dengan senyum manis seorang cowok.
"Ada yang bisa
saya bantu, Mbak?" katanya sopan.
"Ini nih Mas, HP
saya terjatuh dalam air kemarin, terus jadinya mati, bisa diperbaiki
nggak.."´tanyaku, sambil menyodorkan HP itu padanya.
"Sebentar ya
Mbak, biar teknisi kami yang mengeceknya."
Dia berlalu ke dalam
ruangan lain. Lalu tak lama kemudian dia muncul lagi dan berkata bahwa HP-ku
bisa diservis, dia menyebutkan juga biaya servisnya. Aku menyetujuinya.
"Kira-kira masih
lama nggak Mas servisnya?" tanyaku.
"Mungkin sekitar
satu jam lah", jawabnya.
"Ya udah deh,
saya tinggal jalan-jalan dulu saja kali yaa..?" kataku lagi.
"Silakan..
Mbak", balasnya.
Aku lalu pergi melihat
baju-baju di etalase toko, hingga tiba-tiba kurasakan perutku minta diisi,
ternyata aku sadar bahwa aku belum sempat lunch tadi di kantor. Aku bergegas ke
lantai atas pusat perbelanjaan itu, di mana terdapat Food Court. Aku memutuskan
untuk masuk pada salah satu restoran fast food yang menyediakan masakan khas
Jepang.
Saat aku mengantri,
tiba-tiba ada suara menyapaku dari belakang.
"Wah.. mau makan
juga Mbak?" aku menoleh, dan ternyata cowok yang tadi di tempat servis HP.
"Eh iya, gimana
HP saya sudah selesai belum?" tanyaku.
"Nanti deh
selesai makan paling juga sudah selesai.. Boleh saya temani makan?"
"Wah, berani juga
nih cowok", kataku dalam hati.
"Mmm.. boleh
deh", jawabku pendek.
Kemudian kami
mengambil tempat duduk dan mulai menyantap hidangan. Dalam hati kuamati dia,
menurutku dia anak yang menyenangkan, tidak terlalu tinggi, bahkan bisa
dibilang kurus, tapi ada sisi yang menarik. Apalagi setelah aku terlibat
obrolan dengannya, aku makin menyadari bahwa dia adalah seorang yang hangat,
humoris, dan selalu nyambung dalam pembicaraan. Hingga aku berinisiatif untuk
melangkah lebih jauh.
Aku lalu bertanya,
"Kamu kapan liburnya?"
"Wah kenapa nih
nanya liburku?" dia mengangkat alis, dan tersenyum simpul.
"Yaa.. kalau kamu
mau sih, aku pingin ajak kamu jalan nanti malam, sekalian kita weekend
lah", tawarku.
"Wuah, serius
nih..?" dengan nada tak percaya.
"Aku bisa minta
ijin dua hari buat besok dan hari Minggunya, tapi ngomong-ngomong kamu mau ajak
aku jalan ke mana?" dia masih kelihatan tidak percaya.
"Udah deh, nggak
perlu nanya-nanya, lihat aja nanti.." aku membuatnya penasaran.
Lalu setelah sepakat
bertemu di suatu tempat nanti malam, aku segera kembali ke tempat dia kerja
untuk mengambil HP-ku yang telah selesai diservis, dan segera pergi sambil menyusun
acara buat berdua.
Aku membawa mobilku ke
arah Dago atas, menuju ke sebuah hotel bintang lima dan mem-booking kamar untuk
tiga malam selama weekend, kemudian segera pulang ke rumah untuk mengambil baju
dan keperluan sekedarnya.
Sekitar jam 11 malam,
aku pergi menemuinya di sebuah Café yang terletak di persimpangan lima jalan
besar, yang nama Cafe-nya selalu mengingatkanku pada salah satu posisi
bercinta. Malam itu dia mengenakan kemeja biru gelap, dan tercium olehku wangi
Tommy Hilfiger dari tubuhnya, dia makin terlihat tampan, dengan rambut basah
yang tersisir rapi ke belakang.
"Hai, sudah lama
kamu di sini?" aku menyapanya pelan.
"Enggak juga
kok", dia terdiam sejenak, memandangiku lama.
"Kenapa sih,
kayak lihat makhluk aneh saja..!" aku merasa jengah dipandangi seperti
itu.
Tiba-tiba dia menarik
lenganku, dan berbisik di telingaku, "Kamu cantik sekali malam ini Dini..
mimpi apa aku hingga bisa kencan dengan bidadari dari kayangan
sepertimu?".
Wajahku bersemu merah
mendengar pujiannya, "Kamu berlebihan deh, biasa aja kenapa sih." aku
segera mengalihkan perhatian dengan memesan Black Russian pada waiter yang
kebetulan lewat di dekat kami duduk.
Lalu tak lama kami
telah terlibat dalam obrolan yang menyenangkan, kadang diselingi dengan humor
segar, dia sangat pintar menciptakan suasana yang hangat. Aku jadi tahu bahwa
dia adalah lulusan sebuah sekolah pariwisata yang terkenal di Bali, dan sempat
tinggal di Amerika selama dua tahun, tidak heran wawasannya begitu luas.
"Jadi kerjaan
kamu yang sekarang, nggak ada nyambung-nyambungnya sama background pendidikan
kamu dong?"
"Iya sih, ha..
ha.." dia tertawa renyah.
Aku mengeluarkan
cigarette pack, mengambil sebatang Capri, belum sempat aku menyalakan, dia
berinisiatif mengangsurkan api buat rokokku.
"Thank",
kataku pendek.
"Hmm, perhatian
juga.." batinku.
"Mau cabut
sekarang?" tawarku.
Dia memandang
sekeliling, "Mmm, ayolah.. eh tapi ke mana?"
´ "Ke hotel S****
(edited), mau nggak?" tawarku.
"Oh.. eh",
dia terbelalak, seakan tidak mempercayai apa yang baru saja di dengarnya.
"Tawaran nggak
datang dua kali lho.." aku kedipkan mata.
"Ayolah",
akhirnya setelah beberapa saat dia jawab juga dengan wajah berbinar.
Kupikir aku akan
menyumpahinya kalau sampai dia menolak ajakanku, barangkali aku akan bilang
bahwa dia adalah laki-laki paling tolol di seluruh dunia, atau barangkali
seorang gay, tapi ternyata tawaranku yang menang. Aku senang.
Kemudian kami berlalu
dari tempat itu, mobil langsung kubawa ke arah Dago atas, dan langsung menuju
Hotel S**** (edited). Sesampainya di kamar, kuletakkan travel bag kecilku, lalu
aku ke bathroom untuk bebersih sebentar. Dia menghempaskan pantatnya pada
pinggiran bed, dan meraih remote TV, menyalakannya. Dari bathroom kudengar
sayup-sayup suara musik.
Saat aku masih sibuk
dengan contact lens-ku, tiba-tiba pintu bathroom diketuk pelan dari luar.
"Din.. boleh aku masuk bentar, mau pipis nih.." Aku tersenyum, lalu
meraih handel pintu, begitu pintu terbuka sedikit, ternyata dia langsung
menerobos masuk dan yang membuatku terkejut, dia sudah tidak mengenakan
selembar benang pun. Telanjang bulat. Dia langsung mendekapku, dan dengan
sekali renggut, handuk yang kupakai untuk menutupi tubuhku terlepas sudah,
jatuh ke lantai. Bibirnya langsung menyambar bibirku, kurasakan lidahnya
menjelajahi rongga mulutku dengan penuh nafsu, aku pun membalasnya dengan tak
kalah bernafsunya, kadang lidahnya kuhisap, kujilat dan saling memilin.
Kurasakan kewanitaanku mulai hangat. Ciumannya mulai menjelajah, dari mulai
leherku yang jenjang, lalu beralih ke arah telinga, kurasakan geli luar biasa
menjalari sekujur tubuhku. Aku makin terangsang.
Tangannya juga beraksi
meremas-remas payudaraku, sambil tak lupa memilin-pilin putingnya, yang makin
mengacung keras karena terangsang, satu tangannya lagi menelusup pada pangkal
pahaku, mengusap-usap bukit lembut yang kenyal yang mulai basah oleh cairan
kewanitaanku. Aku tak tinggal diam, tanganku meremas-remas batang kejantanannya
yang mulai tegang dan keras itu, sambil perlahan aku mengurutnya lembut. Dia
menikmatinya, terdengar lenguhan-lenguhan pendek dari mulut kami.
"Ouhh.. mmhh..
yahh.."
"Suka
Sayang?" desahnya lembut.
"Hmm.. hh.."
aku tak mampu menjawabnya, hanya mengangguk pelan, mataku pun telah sayu.
Ciumannya makin mengganas, kali ini kedua puting payudaraku dihisapnya
bergantian, hingga tubuhku serasa dibakar birahi yang panas. "Auuhh..
oohh.. Sayang.. oohh.. sshh.. ahh.." aku mengerang-erang penuh kenikmatan.
Tangannya mulai beraksi menyibakkan rerumputan halus di kewanitaanku, lalu satu
jarinya menelusup masuk ke dalam rongga hangatnya, hingga menemukan tonjolan
daging kecil, dan segera mengusap-usapnya lembut. Aku menggelinjang-gelinjang
kenikmatan. Kewanitaanku kurasakan makin merah, merekah, licin dan basah oleh
lendir yang makin keluar seiring oleh rangsangan yang kuterima.
Kemudian dia
membimbingku menuju tempat tidur, lalu menyuruhku telentang sambil membuka
pahaku lebar-lebar, rupanya dia akan memberiku oral seks. Aku pun segera
menuruti perintahnya, kubuka pahaku lebar-lebar, dia lalu merangkak dan mulai
menempatkan mulutnya pada pangkal pahaku, kemudian kurasakan lidahnya yang
hangat menyapu kewanitaanku, lalu menelusup ke bagian dalamnya, sambil sesekali
menghisapnya, menimbulkan suara-suara kecil yang lucu, begitu hebat rangsangan
yang kuterima dari perlakuannya padaku. Aku makin gila menggelinjang-gelinjang
penuh kenikmatan, belakang kepalanya kupegangi erat-erat dan menyurukkannya
makin dalam pada pangkal pahaku. Aku ingin dia melumat habis kewanitaanku.
Kurasakan kewanitaanku makin basah oleh cairan lendir hangat bercampur liur
miliknya, kadang dia malah menghisap-hisap tonjolan daging kecil sebesar biji
kacang polong dalam kewanitaanku, membuatku makin mengerang-erang dengan penuh
kenikmatan, kurasakan sensasi yang luar biasa hebat, seakan-akan ada hawa panas
yang berpangkal dari kewanitaanku menjalari seluruh syaraf tubuhku.
Aku bermandikan
keringat, dan mendesah-desah memohon padanya untuk segera menghujamkan batang
kejantanannya pada lubang kewanitaanku. "Oohh.. Sayang.. please..
sekarang.. uuhh.. mmhh.." mataku terpejam rapat. "Sebentar",
akhirnya dia beranjak, lalu menempatkan ujung kepala batang kejantanannya pada
bibir kewanitaanku, aku membantunya dengan menggenggamnya dan mengarahkannya
perlahan memasuki lubang senggamaku yang hangat dan licin. "Sreett..
sreett.." terasa agak susah, karena batang milliknya lumayan besar dan
panjang. "Wah agak susah yaa..?" dia tersenyum, memandangku. Aku
berinisiatif untuk membantunya, dengan berbalik dan langsung kupegang batang
kejantanannya, mengarahkannya pada mulut mungilku, lalu langsung kujilati,
kuhisap dan kubasahi dengan liurku. Mulutku terasa penuh menampung
kejantanannya, kemudian aku mulai mengeluar-masukkannya pada mulutku, sambil
sesekali menghisapnya, hingga kedua pipiku terlihat kempot, saking bernafsunya.
Tubuhnya bergetar
hebat menerima perlakuan lidahku pada kejantanannya, dia mendesah-desah,
"Ooohh.. Din.. aauuhh.. ennakk.. egghh.. ouhh.. mm.." Batang
kejantanannya keluar masuk dalam mulut mungilku, hingga terlihat mengkilap
karena air liurku. Setelah kurasa cukup, aku menyuruhnya untuk segera
memasukannya pada lubang kewanitaanku, yang sudah tidak sabar lagi menanti
untuk diterobosnya. "Sekarang.. Say, ahh", aku memohon pendek.
Dia mengarahkan lagi
batang kejantanannya pada mulut kewanitaanku, lalu menekannya sedikit demi
sedikit, "Srett.. sreett.." kali ini terasa agak lebih mudah, aku
membantunya dengan menjepitkan kedua kakiku pada pinggangnya, kemudian setelah
sekitar sepertiga bagian batang itu masuk, dia tiba-tiba menghujamkannya
keras-keras. "Auuhh.. oouuhh.. iyahh.. yahh.. sshh.. hh.." aku
berseru pendek saat kurasakan batang itu masuk menyungkal dalam-dalam pada
kewanitaanku.
Dia lalu
menggoyang-goyangkan pinggangnya maju-mundur, menghajar lubang kewanitaanku
dengan kejantanannya. Aku merasakan kenikmatan luar biasa berpangkal pada
lubang kewanitaanku, hingga makin banyak cairan bening yang hangat, berbau khas
keluar dari kewanitaanku. Aku mengimbanginya dengan ikut bergoyang seirama
hujaman tubuhnya kadang kuputar-putar pantatku hingga batangnya makin terjepit
erat dalam kewanitaanku. Berdua kami mengerang-erang terbakar birahi.
"Auuhh.. oohh.. iiyaahh.. yaahh.. yahh.. sshh.. uh.. uh.. oouuww!"
Tiba-tiba bibirnya
melumat bibirku dengan liarnya, lidah kami beradu saling jilat, saling hisap
dengan rakusnya, beberapa saat kemudian mulutnya segera berpindah pada kedua
puting payudaraku, memberinya gigitan-gigitan kecil, sementara kejantanannya
masih dengan buasnya menghajar lubang kewanitaanku. Aku benar-benar merasakan
nafsu yang begitu panas membara. Hingga akhirnya aku mencapai puncak, aku
menjerit kecil, "Auuhh.. ouhh.. ouuw.. aku.. auuhh.. aahh.. hh.!"
kurasakan seluruh persendian tubuhku berlolosan, tubuhku yang bermandi keringat
bergetar dengan hebatnya, dua tanganku mencakar-cakar punggungnya, saat itu
kurasakan sesuatu meledak dari dalam tubuhku dan memberikan sensasi hebat ke
seluruh saraf tubuhku, kurasakan sangat ringan sekali dan nikmat tiada tara,
serasa terbang ke nirwana, aku orgasme dengan sempurna.
Dia sendiri belum
selesai, dia menghentikan genjotannya pada kewanitaanku, memberikan kesempatan
padaku untuk menikmati sensasi orgasme, setelah dirasanya cukup, tanpa
mencabutnya dahulu, dia langsung mulai lagi meningkatkan goyangannya. Batangannya
mulai lagi keluar masuk dalam liang kewanitaanku, kurasakan lagi kenikmatan
yang luar biasa akan hal itu. Kupandangi dalam-dalam wajahnya yang diliputi
nafsu membara, seakan-akan kami berbicara dengan tindakan, bukannya dengan
kata-kata.
Hingga akhirnya dia
merasa tidak kuat lagi, dan sebelum benteng pertahanannya jebol, aku segera
beranjak meraih batang kejantanannya yang amat tegang hingga urat-uratnya
bertonjolan, yang mengkilat basah oleh cairan kewanitaanku, dan segera saja aku
mengulumnya lagi, menghisapnya kuat-kuat, kemudian, "Auuhh.. oohh..
Diinn.. sshh.. hh.."´ erangnya. Kurasakan cairan hangat dan kental muncrat
deras memenuhi rongga mulutku, begitu banyak hingga berleleran pada bibirku,
aku segera menelannya dengan rakus seakan-akan haus akan lendir itu,
menghisapnya hingga tetes terakhir. Aku puas sekali.
Tubuhnya menggelosoh
pelan di samping tubuhku, basah oleh keringat. Kamar itu hening, suara TV sudah
lama hilang, sebagai gantinya hanya terdengar dengusan nafas dua manusia dewasa
berlainan jenis yang terkapar sehabis bercinta dengan liarnya. Dia memandangku
dengan lembut, lalu berbisik, "Terima kasih Sayang, aku
menikmatinya.." dia mengecup keningku. Aku tidak menjawab, hanya
mengangguk pelan dengan senyum kecil menghiasi bibirku.
Setelah beberapa saat
berlalu dengan canda dan obrolan kecil, kami mulai lagi bersiap-siap untuk
ronde berikutnya. Kali ini aku mengambil alat bantu dari travel bag yang
kubawa, yaitu batang vibrator plastik yang digerakkan dengan tenaga baterai,
kuangsurkan barang itu padanya. Dia sekali lagi kaget, tidak menyangka kalau
aku menyuruhnya merangsang dengan menggunakan vibrator itu.
"Wah, kamu sering
pakai ini yah..?" dia tergelak kecil.
"Ah, banyak kok
wanita yang pakai, cuma mereka nggak pernah bilang aja ke pasangannya
masing-masing.." paparku.
"Iya
gitu..?" dia masih terheran-heran.
Aku tidak memberinya
kesempatan bertanya lebih lanjut, aku segera menubruknya dan melumat bibirnya
dengan penuh nafsu, buah dadaku yang kenyal menekan dadanya. Dia membalas
pagutanku. Kemudian aku meraih batang vibrator itu dari tangannya dan
menyalakannya, terdengar suara berdengung pelan saat barang itu bergetar
perlahan. Dengan mulut masih berpagutan erat, aku mencoba menyelipkan vibrator
itu pada selangkanganku, getaran dari alat itu membuat saraf-saraf pada bukit
kewanitaanku terangsang kembali, hingga kurasakan berdenyut-denyut pelan, dan
mulai menghangat oleh cairan kewanitaanku.
Kemudian, kuberikan vibrator
itu padanya. Sementara itu tubuhku telah ditelusuri oleh jilatan lidah dan
pagutan-pagutan kecilnya, hingga akhirnya kembali lagi mulutnya telah berada di
bibir kewanitaanku. Kali ini dengan vibrator yang menancap dalam-dalam pada
kewanitaanku, lidahnya berusaha mencari tonjolan daging kecil milikku. Akhirnya
berhasil juga dia melakukan hal itu, dengan mulutnya dia melumat habis areal
sekitar kewanitaanku, tetapi tangannya juga beraksi mengocok-kocok batang
vibrator itu keluar masuk liang kewanitaanku, hingga dilumuri lendir putih,
licin, dan berbau khas. Sebagian lendir lain yang berubah menjadi busa karena
dikocok, meleleh keluar kewanitaanku menuju lubang anus. Tubuhku
menggelepar-gelepar merasakan rangsangan yang sedemikian hebatnya. Aku mengerang-erang
penuh kenikmatan. Keringat membasahi sekujur tubuhku, aku merasa geli luar
biasa. "Oohh.. oohh.. hess.. sshh..
Kugigit bibirku
kuat-kuat dengan mata terpejam, menahan panasnya gelombang birahi yang
menjalari tubuhku. Aku mulai tak tahan lagi. Tiba-tiba kudengar perintahnya,
"Din, tolong kamu berbalik tengkurap." Aku mengerti maksudnya, maka
dengan vibrator masih menancap pada lubang kewanitaanku, aku berbalik, lalu
menunggingkan pantatku yang mengkilap karena keringat.
Kemudian dia mengambil
posisi tepat di belakangku, lalu kurasakan lidahnya menjilat-jilat areal
sekitar lubang anusku, dibarengi dengan ibu jarinya yang mencoba diselipkan
keluar-masuk pada lubangnya. Akhirnya dia berdiri mengangkangiku, lalu
menggengam batang kejantanannya mencoba menusuk lubang anusku dengan pelahan.
"Sreett.. sreett.." agak terasa susah pada awalnya, tetapi karena
telah dilumuri oleh ludah dan sebagian cairan lendir kewanitaanku, maka
pelan-pelan batang kejantanannya melesak masuk pada lubang pantatku.
"Auusshh.. sstthh..
sshh.. egg.. ouhh.. oh.." aku makin merasakan rangsangan yang luar biasa
hebat saat dia mulai menggoyangkan pinggangnya, menghajar lubang anusku dengan
batang kejantanannya, sementara itu juga vibrator yang masih bergetar menancap
pada lubang kewanitaanku, kukocok-kocok dengan sebelah tanganku. Dua batang
menghajar dua lubang pada tubuh bagian bawahku. Maka makin deraslah lendir yang
keluar dari kewanitaanku, makin hangat, dan sensasi yang ditimbulkan juga luar
biasa hebat. Aku makin tak tahan lagi. "Aaarrgghh.. aahh.. oohh.. hhss..
sshh..!" aku berteriak-teriak penuh kenikmatan, rambutku telah
acak-acakan. Tubuhku makin menggelinjang-gelinjang tak karuan. Pinggangku
dipegangnya, hingga memudahkannya menghajar lubang pantatku. Dua batang itu
bergantian membongkar lubang kewanitaan, dan lubang anusku, hingga kurasakan
tubuhku bergetar dengan hebatnya. "Ohh.. yaah.. akkh.. aku.. kelluuarrh..
oohhs.. ssh.." aku mengalami orgasme dengan hebatnya, kurasakan lagi
sesuatu meledak menjalari seluruh saraf tubuhku, tak lama kemudian dia pun
mengerang-erang juga, "Oohh Din.. oouhh.. aku.. juga mau.. mau.."
belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, dia segera mencabut batang
kejantanannya, lalu dengan tergesa dia cabut pula vibrator pada kewanitaanku,
menggantikannya dengan menghujamkan dalam-dalam batang kejantanannya sendiri ke
lubang kewanitaanku, lalu sepersekian detik kemudian dinding-dinding rongga
kewanitaanku merasakan semprotan lendir hangat dengan derasnya memenuhi lubang
kewanitaanku yang berdenyut-denyut merah merekah, licin dan basah. Lendir putih
hangat, kental itu sampai berleleran keluar di mulut bukit empuk milikku,
bercampur dengan cairan kewanitaanku.
Akhirnya malam itu
kami bertempur habis-habisan, aku sendiri sampai merasakan orgasme tujuh kali
berturut-turut. Benar-benar malam yang panas dan liar. Begitu juga malam-malam
berikutnya, kami selalu bercinta, mencoba berbagai macam gaya, hingga akhirnya
tak terasa weekend telah habis dan aku harus kembali bekerja esok harinya. Aku
sangat puas memperoleh lawan yang seimbang, yang begitu mengerti bagaimana seni
bercinta di tempat tidur, dan bagaimana memperlakukan wanita dengan penuh
kelembutan dan kematangan emosi.
Untuk rekan-rekan
pembaca pria, mohon maaf kalau saya tidak pernah menanggapi e-mail yang masuk,
dan juga tolong jangan kirimi saya gambar-gambar pria bugil, karena saya tidak
berminat sama sekali untuk menanggapi semuanya. Terima kasih.
END
Baca juga
No comments:
Post a Comment