Kisah ini terjadi saat
gw SMA, sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu di rumah kami kedatangan seorang
pembantu baru dari sebuah desa di provinsi tpt gw tinggal, sebut saja Ayu
namanya. Seorang wanita single berparas biasa saja menurut gw, tapi berkulit putih
mulus, usia sekitar 22 tahun.
Sebenarnya Ayu bukan
lah orang yang terbiasa menjadi pembantu, bukan pula berasal dari orang yg
tidak berkecukupan. Namun karena dia sering berselisih dengan orang tua nya,
jadi dia memutuskan untuk merantau ke kota. Takdir lah yang membawa nya ke
rumah kami untuk bekerja sekaligus disekolahkan di kursus keterampilan, hingga
muncul lah cerita ini.
Di rumah hanya ada gw,
kedua orang tua gw, adek dan ayu. Bapak gw membuka usaha toko di depan rumah,
sementara Ibu gw pegawai. Jadi setelah pulang sekolah, di rumah hanya ada gw,
ayu, dan adek gw. Bapak gw lebih sering di toko depan walau sesekali masuk ke
rumah, sementara adek gw lebih sering di kamar habis pulang sekolah. Dengan
jumlah orang yang sedikit, kami pun cepat sekali akrab dan sering bersenda
gurau.
Meskipun di rumah dia
selalu menggunakan pakaian yang sopan, namun tidak mengurangi kekagumanku akan
keputihan dan kemulusan kulit nya. Apalagi di usia ku saat itu sedang
bergejolaknya jiwa muda, yang ingin tahu tentang lawan jenis nya. Menginjak
bulan ketiga, Ayu mulai sering curhat tentang masalah2 nya dengan orang tua
nya. Aku pun menjadi pendengar yang baik hingga kami pun semakin dekat.
Terkadang saat bercanda, gw sengaja merapatkan duduk dengan dia. Atau saat dia
sedang tiduran di sofa, tiba2 gw datang ikut tiduran di belakang nya sambil
menggelitik badannya hingga Ayu tertawa terpingkal2. Dengan posisi tiduran
berdua di sofa yang sempit otomatis tubuh kami pun merapat dan kemaluan gw pun
menegang di antara bongkahan pantatnya.
Entah Ayu menyadarinya
atau tidak, namun kejadian2 yang berulang2 membuat gw semakin berani. Sampai
suatu siang, saat sedang bercerita di kamar tempat setrika. Gw iseng2 nanya.
Gw (Ardi) : Mbak, udah
pernah ciuman belum?
Ayu : Lho, kok nanya
gituan
G : Gpp mbak nanya
aja, hehehehe
A : belom diii, pacar
aja belum pernah punya. Ga boleh sama bapak
G : oooooo…..
hhhmmmmm…….. sama mbak, gw juga belom. eeeee….. mbak…, cobain yukkk
Ayu hanya melongo tak
menjawab. Gw rapatkan duduk ke samping Ayu. Kutatap wajah nya, perlahan
kumajukan tubuh ku hingga bibirku menyentuh bibir Ayu. Tak ada perlawanan.
Reflek kurangkul tubuh Ayu dan makin kulumat bibir mungil nya. Kulihat Ayu
memejamkan mata sambil sesekali membalas lumatanku. Tangan Ayu pun sudah
melingkar di leherku tanda dia mulai menikmati cumbuan ini. Bekal sering
menonton film biru sangat memberi manfaat saat situasi spt sekarang, meskipun
jantung ku pun berdegup kencang karena ini pertama kali nya aku mencium wanita.
Lidah ku bermain di dalam rongga mulutnya, menjelajahi langit2 mulut Ayu.
Kudorong tubuhnya hingga rebahan di kasur. Kujilati telinga dan setiap cm
lehernya. Ayu hanya diam dan memejamkan mata. Namun kemudian terdengar suara
langkah kaki dan kami pun reflek bangun dan kembali ke posisi semula seolah tak
terjadi apa2.
Begitu terus kejadian
berulang setiap harinya. Aku pun merasa takut untuk melakukan yang lebih jauh
meski disisi lain aku ingin melihat tubuhnya. Namun entah akal dari mana, aku
mempunyai kesimpulan. Kesimpulan seorang bocah SMA mungkin . Saat itu aku berpikiran
kalau ingin melihat tubuh Ayu, berarti aku harus memperlihatkan tubuh aku lebih
dulu, agar aku enak memintanya membuka baju. Dan ternyata siasat ini 100%
sukses .
Seperti biasa siang
saat sesi ciuman berlangsung. Kuraih tangan Ayu dan kuarahkan menyentuh
kemaluanku.
G : Mbak, ini penis
kemaluan laki2. Kalau dielus2 nanti bisa makin besar terus bisa ngeluarin
cairan. Cairan itu yang kalo dikeluarin di dalam vagina mbak bisa jadi anak.
(Itu kata2 polos yang keluar dari mulut gw, udh kayak guru biologi aja ). Mau
liat ga mbak?
Ayu pun mengangguk
pelan. Gw keluar kamar melihat situasi. Dirasa aman, gw tarik ayu ke kamar
mandi belakang. Setelah mengunci pintu, gw langsung lepas celana. Batang penis
gw pun berdiri tegak dengan kokohnya.
A : woww… (sambil tangan
nya langsung memegang penis gw)
G : mbak, coba
dikocok2 tangan nya terus nanti diemut biar cairannya bisa keluar (gw ajarin
Ayu ngocok dan oral Mr.P gw)
Ajaib nya (atau saking
polosnya ) Ayu nurut aja. Sampai akhirnya ejakulasi tak tertahan lagi. Semburan
sperma pun muncrat di mulut Ayu. Ayu pun kaget. Namun setelah kurayu, ditelan
nya juga sperma itu walau cuma sebagian. Setelah itu gw langsung bersih2 dan
kabur ke kamar gw, takut ketauan .
Esok harinya,
G : Mbak gimana
kemaren enak ga?
A : Enak di, lagi yukk
(sambil cengengesan)
Kutuntun Ayu ke kamar
setrika, langsung kupeluk dan kuciumi bibirnya. Namun Ayu langsung jongkok dan
menarik keluar batang ku dari sangkarnya.
“Kangen sama burung
kamu di”, ujarnya. Tak butuh waktu lama, aku sudah dibuat merem melek dioral
Ayu. Namun kali ini aku ga mau ketinggalan kereta. Aku angkat tubuh ayu dan
kurebahkan ke kasur. Kulumat bibirnya, sementara tangan ku mulai merambah ke
bukit kembarnya. Ayu mendesah kecil, membuat ku semakin semangat. Tanganku
sudah berada dibalik kaosnya, mengelus2 perut mulus nya sambil sesekali naik
keatas membelah selipan bra Ayu sampai mengenai putingnya. Sementara itu tangan
Ayu tak lepas dari penis gw, dan desahannya pun semakin lama semakin kuat.
Perlahan kaos Ayu kusingkap
sampai ke leher, kubuka kaitan bra nya. Ternganga aku melihat kedua payudara
nya tergantung bebas di depan mata kepalaku. Sungguh pemandangan luar biasa.
A : Kenapa diliatin
gitu di?
G : ehhh,… mbak cantik
banget sih
Langsung kukulum
puting payudara Ayu sambil kugigit2 kecil. Rintihan nikmat Ayu membuat nafsu ku
semakin bergejolak. Kuremas dan kujilati terus kedua bukit kembarnya. Tubuh ayu
pun menggelinjang tak tentu arah. Tangan kanan ku mulai bergerilya turun,
mengelus pinggang halusnya kemudian menyelinap cepat ke balik celana pendek dan
celana dalamnya. Remasan keras di bokongnya membuat Ayu kembali mendesah
kencang. Kemudi tangan ku pun segera berputar ke arah depan meraih rerumputan
di balik celana dalamnya. Namun aku dikagetkan dengan pegangan tangannya
menghentikan aktivitasku.
“Di.. jangan. Mau
ngapain..” ujarnya sambil menahan tanganku namun sama sekali tak berusaha
menarik keluar tanganku.
“ya udah mbak, aku
dari luar celana dalam aja ya..” ujarku mengalah. Aku tak ingin kenikmatan ini
terhenti disini.
Kuelus2 dan kutekan2
vagina Ayu dari luar celana dalamnya. Terasa olehku bahwa celana tersebut
semakin lama semakin basah. Gerakan kaki Ayu pun sudah tidak teratur lagi,
menggelinjang ke kanan dan ke kiri, nafasnya memburu cepat. Dari selipan celana
dalam bagian bawah kucoba menyelipkan jari2 tangan ku masuk menyelinap. Tak ada
perlawanan kali ini. Dengan segera kutemukan klitoris nya dan kuraba. Karena
merasa sudah diberi izin, aku kembali menyelipkan tangan dari arah atas,
melewati rambut kemaluannya menuju ke arah klitoris dan vagina nya yang sudah
sangat basah.
“Di…enak banget
di…terusin di…”
Gerakan tangan ku
menggesek2 vagina Ayu semakin cepat, sampai akhirnya tiba2 Ayu memeluk tubuhku
kencang dan tubuhnya mengejang.
“Ahhhhh….ahhhhh….ahhhhhhh…..
Di kamu apain aku…. Enakk dii…. ahhhhhhh…. “
Sesi di hari itu
berakhir dengan semburan mani ku di mulut Ayu, seperti biasanya.
Setelah hari itu,
kemesraan kami terus berlanjut. Bahkan sekarang Ayu lebih suka memakai kaos
tebal tanpa BH dan rok agar aku lebih mudah menjamahnya kapanpun dimanapun.
Terkadang saat Ayu lagi masak, aku muncul sekedar menjamah vaginanya dari balik
rok nya yang ternyata sama sekali tidak ada lagi CD di baliknya. Atau saat Ayu
sedang setrika baju, aku datangi sekedar untuk menyetor penisku ke mulutnya.
Kejadian seperti itu berlanjut di hari2 selanjutnya. Namun memang tak pernah
sampai ML karena di rumah selalu ada orang, jadi kondisi tidak memungkinkan.
TAMAT
Baca juga
No comments:
Post a Comment